Ustaz Yusuf Mansur, Ungkap Rahasia Sukses dengan Shalat Dhuha

Ustaz Yusuf Mansur,  Ungkap Rahasia Sukses dengan Shalat Dhuha
Dai kondang asal Jakarta, KH Ustad Yusuf Mansur didampingi Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa aduddin Djamal memperlihatkan hadian cincin batu giok usai mengisi ceramah dengan tema Menghafal Alquran itu mudah dan berkah di Taman Sari Kota Banda Aceh, Jumat (27/2/2015). Ceramah tersebut merupakan program dakwah umum jumatan yang dilaksanakan oleh Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh. SERAMBI/M ANSHAR 
“SAYA deg-degan pas turun pesawat tadi,” kata Dai Kondang, Ustaz Yusuf Mansur saat berbincang dengan Serambi di kediaman Wali Kota Banda Aceh, Hj Illiza Sa’aduddin Djamal, di kawasan Lamdingin, Banda Aceh, Kamis (26/2).
Ustaz yang dikenal dengan gaya bicaranya yang simpel dan apa adanya ini tampak bahagia kembali menginjakkan kakinya di bumi Aceh yang sempat porak-poranda akibat musibah gempa dan tsunami 2004 silam.
Ia menuturkan ini merupakan kali pertama ke Aceh pascatsunami. “Dulu waktu tsunami gak kesini kan, waktu lihat itu di televisi saya menangis, Masya Allah,” ujarnya dengan menyiratkan duka yang mendalam dari raut wajahnya. Namun, menurutnya perubahan Banda Aceh sebelum dan sesudah tsunami tampak berubah sekali.
Kedatangan Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang itu ke Banda Aceh dalam rangka mengisi Dakwah Umum Jumatan yang dilaksanakan tiap sebulan sekali oleh Pemko Banda Aceh melalui Dinas Syariat Islam setempat. “Iya, kesini hanya berdakwah dan belanja batu,” kelakarnya.
Ustaz Yusuf Mansur dalam bincang-bincangnya juga menyampaikan terkait Banda Aceh sebagai model kota madani. Ia menuturkan tentang sejarah Rasulullah saw yang membangun Madinah, mempersatukan umat-umat muslim dan berbagai elemen masyarakat. “Kalau kita percaya diri pasti Allah akan tolong kita,” katanya.
Ustad Yusuf Mansur lahir di Jakarta pada 19 Desember 1976. Ayahnya Abdurrahman Mimbar dan ibunya Humrifiah, keduanya orang Betawi. Dia memiliki seorang istri bernama Siti Maemunah dan dikaruniai tiga anak yaitu Qumii Rahmatul Qulmul, Wirda Salamah Ulya, dan Aisyah Humairoh Hafidzoh.
Ustadz Yusuf Mansur merupakan lulusan terbaik dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol, Jakarta Barat pada 1992. Ia pernah kuliah di jurusan Informatika, namun berhenti di tengah jalan. Meski tak sempat menuntaskan kuliah, ia bersama temannya mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika.
Pada 1996, ia terjun ke dunia bisnis informatika, namun sayang ia malah terlilit utang dan harus masuk rumah tahanan selama 2 bulan dan terulang kembali pada 1998. Selama di penjara Ustaz Yusuf Mansur menemukan hikmah tentang hebatnya sedekah. Sehingga selepas dari penjara ia memulai usaha dari nol dengan berjualan es. Berkat keikhlasan sedekah, akhirnya bisnis beliau berkembang.
Hidup Ustaz Yusuf Mansur mulai menemukan titik terang setelah ia bekerja pada satu LSM. Di sini ia menulis buku Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang, yang terinspirasi oleh pengalamannya sewaktu di penjara. Berkat buku tersebut, Ustadz Yusuf Mansur sering diundang untuk mengisi bedah buku dan dari pula undangan ceramah mulai ditekuninya.
Menurut Ustaz Yusuf Mansur, masyarakat Aceh patut bersyukur memiliki pemimpin yang peduli pada kegiatan dakwah dan ajaran-ajaran Islam lainnya. Ia mencontohkan seorang sahabatnya yang memiliki uang hingga triliunan, namun pada 1998 harus kembali dari Singapura karena bangkrut. Pada tahun itu juga sahabatnya tersebut tidak mempunyai uang untuk mengontrak rumah.
“Ini orang ketika SMA number one, ketika kuliah di Amerika IPK-nya 4,00. Lalu apa yang menjadikan dia sekarang sebagai seorang anak muda terkaya di Indonesia? Saat itu istrinya bilang sama dia, kayaknya kita harus shalat Dhuha ini supaya rezeki kita bertambah. Lalu mereka berdua shalat Dhuha untuk pertama kalinya delapan rakaat, dan selalu seperti itu,” tutur Ustaz Yusuf Mansur.
Sahabatnya tersebut kemudian masuk ke industri tambang batubara yang saat itu sedang berkembang pesat. “Beliau bilang ke saya, Ustaz Yusuf sebenarnya yang nyelamatin saya ilmu sederhana yang diajarkan orang-orang tua. Bukan ilmu dunia, bisnis, manajemen, bla... bla... bla... Tapi itu saja, shalat Dhuha. Bayangin yang kecil ini saja perubahannya luar biasa, is little the part,” katanya mengenang perkataan sahabatnya itu.
Ustaz Yusuf Mansur juga mengakui bahwa utangnya yang banyak itu dulu dapat diselesaikan dengan hal-hal seperti itu mengikuti peraturan Allah. “Saya dulu punya utang banyak, dengan itu juga selesainya. Jadi orang Aceh dan Indonesia harus percaya, ikuti perintah Allah kalau mau selamat,” ujar Ustaz penghafal 30 juz Alquran itu.
Lalu, dengan izin Allah semua urusan dan rezekinya dimudahkan, serta pada 2006 semua utang akibat usaha bisnisnya yang gagal dapat dilunasinya. Saat bincang-bincang yang berlangsung di kediaman wali kota Banda Aceh, turut juga dihadiri Kadis Syariat Islam Kota Banda Aceh, Mairul Hazami, dan Kabid Pengembangan Syariah dan Dayah, Wirzaini Usman.(mawaddatul husna)
sumber:http://aceh.tribunnews.com/

Suka dengan ini?
|